Makalah Alat-Alat Ukur "Instrumen-Instrumen Elektronik Untuk Pengukuran Tegangan, Arus, Tahanan dan Parameter Rangkaian Lainnya" (Voltmeter Digital, Alat Ukur Q, Alat Ukur Impedansi Vektor dan Voltmeter Vektor)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dengan
perkembangan teknologi semakin banyak hal baru yang ditemukan yang akan
mempermudah manusia untuk melakukan suatu aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari, munculnya suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur besaran-besaran.
Berkembangnya penemuan
awal alat untuk pengukuran , maka muncul alat-alat ukur lain seperti penggaris,
timbangan, neraca, stopwatch, amperemeter, voltmeter, multitester dan masih
banyak yang lainnya sehingga semakin mudah saja untuk menentukan suatu besaran.
Voltmeter merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur potensial listrik perbedaan antara dua
titik dalam rangkaian listrik. Namun, banyak yang belum mengetahui bagaimana
rangkaian dasar atau ini dari sebuah voltmeter. Dalam makalah ini akan dbahas
mengenai rangkaian-rangkaian penyusun dari voltmeter tersebut.
Voltmeter adalah alat pengukur beda potensial
(tegangan) antara dua titik. Voltameter juga digunakan untuk mengukur besarnya
potensial listrik, mengukur tingkat tegangan yang ada dalam batterei, dan
mengukur turunan tegangan dalam sirkuit. Untuk mengukur beda potensial
antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal voltmeter harus
dihubungkan dengan kedua buah titik yang tegangannya akan diukur sehingga
terhubung secara parallel dengan komponen tersebut.Voltmeter
digital memperagakan pengukuran tegangan dc atau ac dalam bentuk angka diskrit,
sebagai pengganti defleksi jarum penunjuk pada sebuah skala kontinu seperti
dalam alat ukur analog. Digital voltmeter merupakan suatu instrumen yang dapat
diandalkan dan teliti, yang dapat digunakan dalam banyak pemakaian pengukuran
di laboratorium.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
karakteristik umum voltmeter digital?
2.
Bagaimana
rangkaian dasar alat ukur Q (Q-meter)?
3.
Bagaimana cara
kerja alat ukur impedansi vektor?
4.
Bagaimana cara
kerja voltmeter vektor?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.
Dapat mengetahui
karakteristik umum voltmeter digital
2.
Dapat mengetahui
rangkaian dasar alat ukur Q (Q-meter)
3.
Dapat mengetahui
cara kerja alat ukur impedansi vektor
4.
Dapat mengetahui
cara kerja voltmeter vektor.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 VOLTMETER DIGITAL
2.1.1
Karakteristik Umum
Voltmeter digital (DVM) memperagakan pengukuran tegangan dc
atau ac dalam bentuk angka diskrit angka sebagai pengganti defleksi jarum
penunjuk pada sebuah skala kontinu seperti dalam alat-alat analog. Dalam banyak
pemakaian penunjukan dengan angka adalah menguntungkan sebab mengurangi
kesalahan pembacaan manusia dan kesalahan interpolasi, menghilangkan kesalahan
paralaksis, memperbesar kecepatan pembacaan, dan kerapkali melengkapi keluaran
dalam bentuk digital yang sesuai bagi pengelohan dan pencatatan selanjutnya.
Gambar diagram balok dari voltmeter
standar dc/selisih dalam modus operandi selisih. Bagian pencatat menunjukkan
kesetimbangan tegangan antara bagian referensi dan bagian penguat dc.
DVM merupakan suatu instrumen yang
terandalkan dan teliti yang dapat digunakan dalam banyak pemakaian pengukuran
di laboratorium. Karena perkembangan dan penyempurnaan modul-modul rangkaian
terpadu (integrated circuit IC), ukuran, kebutuhan daya dan harga DVM telah
berkurang secara drastis sehingga DVM secara aktif dapat bersaing terhadap
instrumen-instrumen analog konvensional, baik dalam portabilitas maupun harga.
Kualitas DVM
yang menonjol dapat digambarkan dengan mengemukan sebagian karakteristik
operasi dan karakteristik prestasi yang khas. Spesifikasi berikut tidak semua
berlaku pada suatu instrumen tertentu, tetapi mereka betul-betul menyatakan
informasi yang absah mengenai keadaan sekarang ini :
a)
Rangkuman
masukan : dari ± 1,000000 V sampai ± 1000,000 V, dengan pemilihan rangkuman
secara otomatis dan indikasi beban lebih.
b)
Ketelitian
mutlak sebesar ± 0,005 % dari pembacaan.
c)
Stabilitas
: jangka pendek 0,002 % dari pembacaan untuk periode 24 jam ; jangka panjang
0,008 % pembacaan untuk periode 6 bulan.
d)
Resolusi
: 1 bagian dalam 106 ( 1
V dapat dibaca pada rangkuman masukaan 1 V)
e)
Karakteristik masukan : tahanan masukan khas adalah
10
; kapasitas masukan khas adalah 40PF.
f)
Kalibrasi
: standar kalibrasi internal yang memungkinkan kalibrasi tidak bergantung pada
rangkaian ukur diperoleh dari sumber referensi yang distabilkan.
g)
Sinyal
– sinyal keluaran : perintah mencetak memungkinkan keluaran menuju unit
pencetak ( printer ) keluaran BCD ( Binary Coded Decimal = bilangan desimal
yang masing-masing angka dinyatakan oleh empat bit ) untuk pengolahan atau
pencatatan diital.
Ciri pilihan biasa
mencakup rangkaian tambahan untuk mengukur arus, tahanan dan perbandingan
tegangan. Variavel –variabel fisis lainnya dapat diukur dengan menggunakan
transducer yang sesuai. Voltmeter
digital dapat dikelompokan sesuai dengan
kategori berikut :
a.
Voltmeter digital jenis tanjak (ramp
type DVM)
b.
Volmeter digital jenis penggabungan /
integritas (integratign DVM)
c.
Voltmeter digital setimbang kontinu
(continuous balance DVM )
d.
Voltmeter digital dengan pendekatan
berturut-turut (succeive approximatiion DVM)
2.1.2
DVM Tipe Tanjak
Prinsip operasi DVM tipe tanjak (ramp type)
didasarkan pada pengukuran waktu yang diperkirakan oleh sebuah tegangan tanjak
linear agar naik dari level 0 V ke level tegangan masukan, atau agar berkurang
dari level tegangan masukan ke nol. Selang waktu ini diukur dengan sebuah
pencacah selang waktu elektronik, dan pencacah diperagakan dalam sejumlah angka
pada tabung penunjuk elektronik.
Pengubahan dari sebuah tegangan ke suatu selang
waktu digambarkan oleh diagram bentuk gelombang pada gambar 10-16. Pada permulaan
siklus pengukuran, sebuah tegangan tanjak dimulai ; tegangan ini bisa menuju
positif atau negatif. Tanjakan yang menuju negatif ditunjukan pada gambar
10-16, dibandingkan secara kontinu terhadap tegangan masukan yang tidak
diketahui. Pada saat dimana tegangan tanjak sama dengan tegangan yang tidak
diketahui, sebuah rangkaian pembanding atau komparator membangkitkan sebuah
pulsa yang membuka sebuah gerbang. Tegangan tanjak terus berkurang terhadap waktu sampai akhirnya
mencapai 0 V (atau potensial tanah), dan sebuah pembanding lainnya
membangkitkan sebuah pulsa keluaran yang menutup gerbang.
Sebuah osilator membangkitkan pulsa-pulsa lonceng
yang diijinkan lewat melalui gerbang menuju sejumlah unit pencacah kelipatan
sepuluh (DCU-decade counting unit ) yang menjumlahkan jumlah pulsa yang lewat
melalui gerbang. Bilangan desimal, yang diperagakan oleh tabung indikator yang
bergantung dengan DCU, merupakan suatu ukuran dari besarnya tegangan masukan.
Multivibrator atas dasar cuplikan ( sample rate
multivibrator) menentukan laju kecepatan pada mana siklus pengukuran dimulai.
Osilasi multivibrator ini biasanya dapat diatur oleh sebuah alat kontrol
dipanel depan dengan diberi tanda rate, yakni dari beberapa getaran
per-sekon sampai sebesar 1000 atau lebih. Rangkaian atas dasar cuplikan
melengkapi pulsa permulaan bagi generator tanjak guna memulai tegangan tanjak
berikutnya. Pada waktu yang bersamaan dibangkitkan sebuah pulsa untuk
me-nol-kan (reset pulsa) yang mengembalikan semua DCU ke keadaan nol,
menghilangkan peragaan dari tabung-tabung penunjuk secara seketika.
2.1.3
DVM Tanjak Tipe Anak
Tangga (Staircase-ramp DVM)
DVM tipe anak tangga ditunjukkan dalam diagram balok
pada gambar 10-18. Dia merupakan suatu variasi dari DVM tipe tanjak tetapi
sedikit lebih sederhana dalam rancangan
keseluruhan, memperlihatkan suatu instrumen pemakaian umum dengan harga yang
sedang yang dapat digunakan di laboratorium, pada pangkalan uji produksi,
bengkel perbaikan, dan pada stasiun-stasiun pemeriksaan.
DVM ini melakukan pengukuran tegangan dengan
membandingkan tegangan masukannya terhadap sebuah tegangan tanjak anak tangga
yang dibangkitkan secara internal. Instrumen yang ditunjukkan pada gambar 10-18
mengandung pelemah masukan 10MΩ, memberikan lima rangkuman masukan dari 100 mV
sampai 100 V skala penuh. Penguat arus searah, dengan penguatan tetap sebesar
100, memberikan 10 V ke pembanding pada setiap penyetelan tegangan skala penuh
dari pembagi tegangan masukan. Pembanding megindera kesamaan antara tegangan
masukan yang diperkuat dan tegangan tanjak anak tangga yang dibangkitkan
sebagai pengukuran yang berjalan meneruskan siklusnya.
Bila pertama-tama siklus pengukuran dimulai, lonceng
(osilator relaksasi 4,5 kHz) menyediakan pulsa ke ketiga DCU dalam bentuk air
terjun. Pencacah satuan-satuan (units
counter) menyediakan sebuah pulsa pembawa ke dekade sepuluh pada
setiap sepersepuluh pulsa masukan. Dekade sepuluh tersebut mencacah
pulsa pembawa dari dekade satuan dan menyediakan pulsa pembawanya
sendiri setelah dia mencacah sepuluh pulsa pembawa ke sebuah rangkaian
rangkuman lebih. Rangkaian rangkuman lebih menyebabkan sebuah indikator pada
panel depan menyala, mengingatkan operator bahwa kapasitas masukan dari instrumen
telah dilewati. Selanjutnya operator akan memindahkan pelemah masukan ke
kedudukan yang lebih tinggi berikutnya.
Masing – masing unit pencacah dihubungkan dengan
sebuah pengubah digital-ke analog (digital to analog converter, D/A). Keluaran
dari pengubah D/A in terhubung secara pararel dan memberikan arus keluaran yang
sebanding dengan pencacah arus dari DCU. Penguat anak tangga mengubah arus D/A
menjadi tegangan anak tangga yang dimasukan kepembanding. Bila pembanding
mengindera kesamaan tegangan masukan dan tegangan anak tangga, dia menyediakan
sebuah pulsa pemicu guna menghentikan osilator. Maka kandungan arus dari
pencacah sebanding dengan besarnya tegangan masukan.
Laju pencuplikan dikontrol oleh sebuah osilator
rileksasi yang sederhana. Osilator ini memicu dan me-nol-kan penguat alih
dengan laju kecepatan sebesar dua cuplikan setiap sekon. Penguat alih
menyediakan sebuah pulsa yang mengalihkan informasi yang di simpan didalam
pencacah dekade menuju unit peraga di panel depan. Sisi belakang (trailing edge)
pulsa ini memicu penguat pembuat nol (reset amplifier) yang menyetel ketiga
pencacah dekade menjadi nol dan memulai suatu siklus pengukuran yang baru
dengan menghidupkan osilator majikan (master oscillator) atau lonceng (clock).
Rangkaian peraga menyimpan tiap-tiap pembacaan
sampai selesai suatu pembacaan baru, dan
menghilingkan setiap kedip (blinking) atau pencacahan selama perhitungan.
2.1.4
Multimeter Digital Tipe Penggabungan (Integrating DVM)
Multimeter digital tipe penggabungan / integrasi
tegangan masukan rata-rata sebenarnya melalui suatu periode pengukuran
yang telah tertentu berbeda dengan DVM tipe tanjak yang mencuplik tegangan pada
akhir siklus pengukuran. Suatu teknik yang digunakan secara luas untuk
melakukan integrasi adalah menggunakan
sebuah pengubah tegangan ke frekuensi (voltage to frequency converter,
V/F converter). Penguat volt ke frekuensi ini berfungsi sebagai sistem kontrol
umpan balik yang mengatur laju pembangkitan pulsa agar setimbang dengan
besarnya tegangan masukan.
Diagram balok yang disederhanakan untuk sebuah
voltmeter digital jenis integrasi. Tegangan dc yang diuji dimasukan ke
tingkatan masukan yang memisahkan rangkaian voltmeter terhadap rangkaian uji
dan menyediakan pelemahan masukan yang dibutuhkan. Sinyal masukan yang
diperlemah ini dihubungkan ke pengubah V/F. Rangkaian ini terdiri dari penguat
integrasi, pendeteksi level tegangan (rangkaian pembanding), dan
generator pulsa. Penguat integrasi menghasilkan suatu tegangan keluaran yang
sebanding dengan tegangan masukan yang dikaitkan ke elemen masukan dan elemen
um̲pan balik oleh persamaan.
Vout =
ʃ
i dt
=
ʃ
Vin dt
Jika tegangan masukan adalah konstan, keluaran
adalah sebuah tegangan tanjak linear yang memenuhi persamaan
Vout
= Vin -1/RC
Bila tegangan tanjak mencapai suatu level tegangan
negatif tertentu, alat deteksi level memicu generator pulsa, yang memasukkan
suatu langkah tegangan negatif ketitik penjumlahan dari penguat integrasi.
Hasil penjumlahan tegangan masukan dan tegangan pulsa adalah negatif, menyebabkan tegangan tanjak mengubah (membalik) arahnya.
“Penjejakan (retrace) “ ini sangat cepat karena amplitudo pulsa adalah besar
dibandingkan terhadap tegangan masukan. Bila tanjak menuju positif yang
sekarang mencapai 0 V, alat deteksi level membangkitkan sebuah pemicu untuk
me-nol-kan (reset trigger) generator pulsa. Pulsa negatif diambil dari titik
penjumlahan penguat integrasi dan yang tertinggal hanya tegangan masukan
mula-mula. Selanjutnya penguat menghasilkan kembali sebuah tegangan tanjak
menuju negatif dan prosedur berulang.
Laju pembangkit pulsa diatur oleh besarnya tegangan
masukan dc. Tegangan masukan yang lebih besar menyebabkan tanjakan lebih curam
dan berarti laju pengulangan pulsanya (pulse repetitian rate), PRR) lebih
cepat.
Keuntungan utama dari sistem pengubah analog ke
digital adalah kemampuannya mengukur adanya campuran derau yang besar secara
cermat disebabkan masukan yang digabungkan.
Pulsa keluaran dari alat deteksi level mengontrol
gerbang sinyal memungkinkan pencacah desimal untuk mengumpulkan suatu pencacah
yang diberikan oleh rangkaian osilator kristal. Bagian rangkuman yang
selebihnya pada dasarnya identik dengan pencacah konvensional lainnya dan tidak
memerlukan pengembangan selanjutnya.
2.1.5 DVM setimbang kontinu
Voltmeter digital jenis setimbang
kontinu (continuous balance DVM) merupakan instrumen yang harganya murah tapi
memberikan prestasi yang sangat baik. Ketelitian voltmeter ini biasanya adalah
dalam orde 0,1 persen rangkuman masukannya. Dia mempunyai impedansi masukan
sebesar sekitar 10MΩ dengan resolusi yang dapat diterima secara umum.
Gambar
Diagram balok fungsional dari sebuah volt meter digital jenis potensiometer
setimbang servo (servo-balancing potentiometer)
Tegangan masukan dc dimasukkan ke sebuah
pelemah masukan yang memberikan penyakelaran rangkuman yang tepat. Pelemah
masukan berupa alat kontrol pada panel depan yang juga menyebabkan sebuah
penunjuk titik decimal bergerak pada permukaan peraga sesuai dengan rangkuman
masukan yang dipilih. Setelah lewat melalui sebuah rangkaian proteksi kelebihan
tegangan dan sebuah tapis pengapkiran arus bolak-balik ( ac rejection filter),
tegangan masukan dihubungkan ke satu sisi pembanding pencincang mekanis. Sisi
lain dari pembanding tersebut dihubungkan ke sebuah lengan geser (wiper) dari
potensiometer presisi yang dikemudikan oleh motor, yang dihubungkan pada sumber
tegangan referensi. Keluaran pembanding pencincang yang dikemudikan oleh tegangan
jala-jala dan bergetar pada frekuensi jala-jala, merupakan sebuah sinyal
gelombang persegi. Sinyal gelombang persegi diperkuat oleh sebuah prapenguat
berimpedansi tinggi berderau rendah dan diumpamakan ke sebuah penguat daya.
Penguat ini mempunyai redaman khusus guna memperkecil lonjakan (overshoot)dan
ayunan (hunting) pada posis nol. Motor servo, sewaktu menerima selisih sinyal
gelombang persegi, mengemudikan lengan potensiometer presisi menurut arah yang
dibutuhkan untuk menghilangkan (cancel) tegangan selisih pada pembanding
pecincang. Motor servo juga mengemudikan sebuah inndikator mekanis tipe drum
yang memiliki angka 0 sampai 9 yang tertera disekeliling segmen-segmen drum.
Posisi dari poros motor servo sesuai dengan jumlah tegangan umpan balik yang
dibutuhkan guna menolkan masukan pecincang, dan posisi ini ditunjukkan oleh
indicator tipe drum. Degan demikian, posisi poros merupakan indikasi besarnya
tegangan masukan.
Adalah jelas bahwa instrument ini tidak
“mecuplik” tegangan dc yang tidak diketahui secara teratur seperti dalam halnya
instrumen-instrumen yang lebih njelimet, tetapi secara kontinu mencari
kesetimbangan tegangan masukan terhadap tegangan referensi yang dibangkitkan
secara internal. Karena didalam mekanisme ini tercakup gerak mekanis yang
berbeda seperti halnya pengaturan posisi lengan potensiometer dan putaran
mekanisme indicator, waktu pembacaan rata-rata adalah kira-kira 2 s. Akan
tetapi, kesederhanaan perencanaan dan biaya murah membuat instrumen ini suatu
pilihan yang sangat menarik bila ketelitian yang ekstrim tidak diperlukan.
2.1.6
Voltmeter digital dengan pendekatan secara berturut-turut( successive approximation DVM)
Sekarang ini voltmeter digital dengan kemampuan 1000
pembacaan setiap sekon atau lebih tersedia secara komersial. Umumnya, instrumen
ini menggunakan konvertor dari jenis pendekatan berturut-turut guna melakukan
digitasi (digitization, pengubahan analog menjadi digital ).
Pada permulaan siklus pengukuran, sebuah pulsa
pemulai dimasukkan ke multivibrator untuk menghidupkan dan mematikan (star-stop
mutivibrator). Ini menyetel angka 1 dalam register angka biner yang paling
berarti (MSB, most significant bit) dan 0 dalam semua angka biner yang kurang
berarti. Dengan menganggap register pengontrol adalah 8 bit, maka pembacaannya
akam menjadi 10000000. Penyetelan
permulaan pada register pengontrol
ini menyebabkan keluaran converter D/A menjadi setengah tegangan suplai
referensi (1/2 v). keluaran konvertor dibandingkan oleh pembanding terhadap
masukan yang tidak diketahui. Jika tegangan masukan lebih besar dari tegangan
referensi konvertor, pembanding menghasilkan suatu keluaran yang menyebabkan
register pengontrol menahan penunjukan 1 di dalam MSB nya, dan konvertor terus
menyalurakan tegangan keluaran referensi sebesar ½ v
Selanjutnya pencacah cincin (ring counter) bertambah
satu hitungan, menggeser angka 1 dalam MSB ke dua dari register pengontrol, dan
pembacannya menjadi 110000000. Ini menyebabkan konvertor D/A memperbesar
keluaran referensinya sebesar satu pertambahan menjadi ½ V+1/4 V, dan
pembanding yang lain terjadi terhadap tegangan masukan yang tidak diketahui.
Jika dalam hal ini tegangan referensi terkumpul sehingga melebihi tegangan yang
tidak diketahui, pembanding menghasilkan suatu keluaran yang menyebabkan
register pengontrol membuat MSB kedua menjadi 0 (reset). Kemudian keluaran
konvertor kembali ke level semula yaitu ½ V dan menunggu masukan lainnya dari
register pengontrol guna pendekatan berikutnya. Bila pencacah cincin menambah
satu hitungan berikutnya, MSB ketiga dari register pengontrol disetel ke 1 dan
keluaran konvertor diperbesar oleh pertambahan berikutnya menjadi ½ V + 1/8 V.
jadi siklus pengukuran berjalan melalui sederetan pendekatan berturut-turut
dengan menahan atau menolak keluaran konvertor dalam cara yang telah
dijelaskan. Akhirnya bila “pencacah cincin” mencapai hitungan terakhir, siklus
pengukuran berhenti dan keluaran digital dari register pengontrol
memperlihatkan pendekatan terakhir dari tegangan masukan yang tidak diketahui.
Untuk
tegangan masukan selain dc, level masukan berubah selama digitasi dan keputusan
yang dibuat selama pengubahan tidak konsisten (tetap). Untuk mencegah kesalahan
pengubahan ini, sebuah rangkaian cuplik dan penahan (sample and hold circuit,
SH) ditempatkan didalam masukan, langsung dibelakang pelemah masukan dan
penguat. Dalam bentuk yang paling sederhana, rangkaian SH dapat dinyatakan oleh
sebuah sakelar dan sebuah kapasitor.
Dalam
modus cuplik (sampel) sakelar tertutup dan kapasitor mengisi ke nilai sesaat
tegangan masukan. Dalam modus tertahan (hold) sakelar terbuka dan kapasitor
menahan tegangan yang telah dimilikinya pada saat sakelar terbuka. Jika
pengemudian sakelar selaras dengan pulsa “ring counter”, pengukuran actual dan
konversi berlangsung bila rangkaian SH berada dalam mous tertahan. Dalam sebuah
rangkaian yang praktis sakelar sederhana diganti oleh sakelar transistor yang
bekerja cepat; dan guna memperbesar arus pengisian ke dalam kapasitor,
ditambahkan sebuah penguat operasional.
2.2 ALAT UKUR Q
(Q-METER)
2.2.1 Rangkaian dasar alat ukur Q
Alat
ukur Q adalah sebuah instrumen yang dirancang guna mengukur beberapa sifat
listrik dari kumparan dan kapsitor. Bekerjanya instrumen laboratorium yang
sangat bermanfaat ini didasarkan pada karakteristik sebuah rangkaian resonansi
seri yang telah dikenal, yakni bahwa tegangan pada kumparan atau kapasitor sama
dengan tegangan yang dimasukkan dikalikan dengan Q rangkaian. Jika sebuah
tegangan yang nilainya tetap dimasukkan ke rangkain, sebuah voltmeter yang
dihubungkan ke kapasitor dapat dikalibrasi agar langsung menunjukkan Q.
Hubungan
tegangan dan arus dari sebuah rangkaian resonansi seri ditunjukkan pada Gambar.
Pada resonansi, persyaratan-persayaratan berikut adalah sah:
Xc=Xl
Ec=lXc=Ixl
E=IR
Dimana E= tegangan yang dimasukkan
I= arus rangkaian
Ec =tegangan pada kapsitor
Xc =reaktansi kapasitif
Xl =reaktansi induktif
R= tahanan kumparan
Gambar
rangkaian resonansi seri
Menurut
definisi, penguatan rangkaian adalah
Q, dimana
Q=
=
(10-7)
Berarti jika E dipertahankan konstan dan levelnya diketahui,
sebuah voltmeter yang dihubungkan pada kapasitor dapat dikalibrasi langsung
dalam Q rangkaian.
Sebuah rangkaian praktis untukm mengukur
Q ditunjukkan pada gambar 10-25. Osilator rangkuman lebar dengan rangkuman
frekuensi dari 10 kHz sampai 50 MHz menyalurkan arus ke sebuah tahanan shun RSH
yang nilainya rendah.
Nilai shunt ini sangat rendah, khasnya dalam orde 0,02 Ω. Dia memberikan
tahanan yang hampir sama dengan nol ke dalam rangkaian osilator dan berarti dia
menyatakan sebuah sumber tegangan yang besarnya E dengan tahanan dalam yang sangat kecil (dalam kebanyakan hal
diabaikan). Tegangan E pada shunt, berhubungan dengan E pada Gambar 10-24,
diukur dengan alat ukur termokopel yang diberi tanda “kalikan Q dengan”
(“Multiply Q by”).
Tegangan pada kapasitor variable berkaitan dengan Ec
diukur dengan sebuah voltmeter elektronik yang skalanya dikalibrasi langsung
dalam nilai-nilai Q.
Guna melakukan suatu
pengukuran, kumparan yang nilainya tidak diketahui dihubungkan ke terminal uji
instrument, dan rangkaian disetalakan (tuned) ke resonansi dengan menyetel
osilator pada suatu frekuensi tertentu dan mengubah-ubah kapasitor penggetar internal,
ataupun dengan menyetel sebelumnya kapasitor pada suatu nilai yang diinginkan
dan mengatur frekuensi osilator. Pembacaan Q pada alat pencatat harus dikalikan
dengan indeks yang disetel dari “Kalikan Q dengan “ guna mendapatkan nilai Q
actual.
Q yang ditunjukkan (yang merupakan pembacaan
pada alat-alat ukur “Q rangkaian) disebut Q rangkaian
sebab kerugian kapasitor penggetar, voltmeter, dan tahanan sisipan semuanya
termasuk di dalam rangkaian pengukuran. Q efektif
dari kumparan yang diukur akan
menjadi sedikit lebih besar dari Q yang di tunjukkkan. Umumnya perbedaan ini
dapat diabaikan, kecuali dalam hal-hal tertentu dimana tahanan kumparan
relative kecil dibandingkan terhadap nilai tahanan sisipan.
Induktansi kumparan dapat ditentukan
dari nilai-nilai frekuensi (f) yang
diketahui dan kapasitansi penggetar (C) karena
XL =
Xc dan L=
henry
Metoda pengukuran
Untuk mengubungkan komponen-komponen yang tidak diketahui ke
terminal-terminal uji sebuah alat ukur Q, terdapat tiga metoda yaitu :
a.
Hubungan langsung. Kebanyakan
kumparan dapat dihubungkan langsung ke terminal uji, persis seperti yang
ditunjukkan dalam rangkaian dasar alat ukur Q pada Gambar 10-25. Rangakaian
dibuat berisonansi dengan mengatur salah satu frekuensi osilator atau kapasitor
penggetar Q yang ditunjukkan, dibaca langsung pada alat ukur “Q rangkaian”,
dimodifikasi dengan menyetel “Kalikan Q dengan” pada alat ukur . bila terakhir
alat ukur disetel pada tanda kesatuan, alat ukur “Q rangakaian” membaca
langsung nilai Q yang tepat.
b.
Sambungan seri.
Komponen-komponen impedansi rendah seperti tahanan bernilai rendah, kumparan
kecil dan kapasitor besar, diukur secara seri dengan rangakaian pengukuran.
Disini, komponen yang akan diukur ditunjukkan oleh [Z], dihubungkan seri dengan
sebuah kumparan kerja yang stabil pada terminal uji (kumparan kerja biasanya
disuplai bersama instrumen). Dua pengukuran dilakukan : Dalam poengukuran
pertama, yang tidak diketahui dihubungsingkatkan oleh sabuk hubung singkat
(shorting strape) kecil dan rangkaian dibuat resonansi guna menetapkan suatu
kondisi referensi. Nilai kapasitor penyetelan (C1) dan Q yang ditunjukan (Q1) dicatat. Dalam pengukuran kedua sabuk hubung singkat dilepas
dan rangkaian disetalakan kembali, memeberikan suatu nilai baru bagi kapasitor
penyetelan (C2) dan nilai Q dari Q1menjadi Q2 .
Untuk kondisi referensi,
Xc1= XL
Untuk pengukuran kedua,
Reaktansi yang tidak diketahui dapat dinyatakan dalam nilai baru kapasitor
penyetala (C2) dan dari inductor (L) yang berada didalam rangkaian.
Xs
= Xc1 – XL
Sehingga,
Xs
=
Xs adalah induktif jika
C1 > C2 dan kapasitas jika C1<C2. Komponen resistif dari impedansi yang
tidak diketahui dapat diperoleh dinyatakan dalam reaktansi Xs dan nilai Q yang
ditunjukkan, Karena
R1 =
dan R2
=
Juga, Rs = R2 – R1 =
-
Sehingga, Rs =
Jika yang tidak diketahui adalah tahanan murni ; penyetelan
kapasitor penyetelan seharusnya tidak akan berubah dalam proses pengukuran,
sehingga C1=C2. Persamaan untuk tahanan berubah menjadi
Rs =
Jika yang tidak
diketahui adalah sebuah inductor kecil nilai induktansi diperoleh :
Ls =
Q kumparan diperoleh :
Qs =
Maka, Qs =
Jika yang tidak
diketahui adalah sebuah kapasitor besar, nilainya ditentukan :
Cs =
(Rumus yang lebih jelas dapat dibaca pada buku William David Cooper)
(c) Sambungan parallel. Komponen komponen berimpedansi tinggi
seperti tahanan-tahanan bernilai tinggi, inductor tertentu, dan kapasitor
kecil, diukur dengan menghubungkannya secara parallel terhadap rangkaian
pengukuran. Menunjukan sambungan tersebut. Sebelum dihubungkan kekomponen yang
tidak diketahui rangkaian dibuat resonansi dengan menggunakan sebuah kumparan
kerja yang sesuai, guna menetapkan nilai nilai referensi bagi Q dan C (Q1 dan
C1). Selanjutnya bila komponen yang diuji dihubungkan kerangkaian, kapasitor
diatur kembali agar beresonansi, sehingga diperoleh suatu nilai baru bagi
kapasitor penyetalaan (C2). Dan perubahan Q rangkaian (
dari Q1 menjadi Q2.
Gambar Pengukuran komponen berimpedansi tinggi dalam hubungan
parallel dengan menggunakan Q-meter.
Dalam sebuah rangkaian
parallel perhitungan impedansi yang besarnya tidak diketahui paling baik
didekati dinyatakan dalam komponen komponen paralelnya Xp dan Rp Seperti
ditunjukkan pada gambar 10-27. Pada syarat awal resonansi bila yang tidak
diketahui belum dihubungkan kerangkaian, kumparan kerja (L) disetalakan oleh
kapasitor (C1). Dengan demikian,
ωL
=
Sehingga
Q1 =
=
Jika
sekarang impedansi yang tidak diketahui dihubungkan ke rangkaian dan kapasitor
disetarakan agar bersonansi, reaktansi kumparan kerja ( XL) sama dengan reaktansi paraler dari
kapasitorpenyetaraan ( X C2
) dan yang tidak diketahui ( X p ). Berarti,
X L =
Yang
berubah menjadi
Xp =
Jika
yang tidak diketahui adalah induktif, Xp = ωLp, dan persamaan memberi nilai
impedansi yang tidak diketahui yaitu :
Lp =
Jika
yang tidak diketahui adalah kapasitif, Xp = 1/ωCp dan persamaan memberi nilai
kapasitor yang tidak diketahui yaitu,
Cp = C1-C2
Didalam
sebuah rangkain resonansi peraler tahanan total pada resonansi adalah perkalian
Q rangkaian terhadap reaktansi kumparan. Berarti
RT = Q2XL
Atau
dengan mensubstansikan persamaan diperoleh
RT = Q2XC1 =
Tahanan
(Rp) dari impedansi yang tidak diketahui paling mudah diperoleh dengan
menghitung konduktansi didakam rangkaian gambar.
Misalnya
GT
= konduktansi total rangkaian resonan,
GP
= konduktansi impedansi yang tidak diketahui
GP = konduktansi kumparan kerja,
Maka
GT=
GP+ GL
atau GP= GT–
GL
Dari
persamaan (10-23),
GT =
=
Maka,
=
-
=
– (
) (
)
=
-
Dengan
mensubstitusikan persamaan kedalam bentuk yang terdahulu diperoleh
=
-
Dan
setelah disederhanakan menghasilkan
=
=
Selanjutnya
Q yang tidak diketahui diperoleh dengan menggunakan persamaan dan persamaan
sehingga
=
=
=
(Rumus yang lebih jelas dapat dibaca pada buku William David Cooper)
2.2.3 Sumber-sumber kesalahan
Mungkin faktor paling penting yang mempengaruhi ketelitian
pengukuran dan yang paling sering terlupakan adalah kapasitansi terbagi
(distributed capacitance ) atau kapasitansi diri (self capaitance ) dari
rangkaian pengukuran. Adanya kapasitansi terbagi di dalam sebuah kumparan
mengubah Q aktual atau efektif dan induktansi kumparan. Pada frekuensi dimana
kapasitansi diri dan induktansi kumparan adalah resonansi (turut bergetar),
rangkaian memiliki suatu impedansi yang betul-betul resistif (tahanan
murni).karakteristik ini dapat digunakan untuk mengukur kapasitansi
terdistribusi.
Suatu cara sederhana guna mengetahui kapasitansi terbagi ( Cd)
dari sebuah kumparan penyangkut pembuatan dua pengkuran pada frekuensi yang
berbeda.kumparan yang akan diuji dihubungkan langsung ke terminal uji dari alat
ukur Q seperti ditunjukkan pada rangkaian di Gambar 10-28. Kapasitor
penyetaraan di setel ke suatu nilai yang tinggi, lebih diinginkan ke
posisi maksimalnya; dan rangkaian dibuat
resonansi melalui pengaturann frekuensi osilator. Resonansi ditunjukkan oleh
defleksi maksimal pada alat
Gambar
penentuan kapasitansi terbagi pada sebuah induktor
Ukur
“ Q rangkaian”. Nilai-nilai dari kapasitor penyetalaan (C1) dan frekuensi
osilator (f1) dicatat. Selanjutnya frekuensi diperbesar menjadi duakali nilai
mula-mula (f2 = 2f1) dan rangkaian disetalakan dengan mengatur kapasitor
penggetar (c2).
Frekuensi
resonan dari sebuah rangkaian LC diberikan oleh persamaan terkenal
f =
Pada
syarat awal resonansi kapasitansi
rangkaian sama dengan C1+ Cd, dan frekuensi resonan sama dengan
=
Setelah
mengatur osilator dan kapasitor penyetelan, kapasitansi rangkaian adalah C2 +
Cd, dan frekuensi resonan sama dengan
=
Karena
f2 = 2f1. Persamaan (10-28) dan (10-29) adalah
saling berhubungan, sehingga
=
=
Atau
=
2.3 ALAT UKUR IMPEDANSI VEKTOR
Pengukuran impedansi adalah mengenai besarnya (Z)
dan sudut fasa (
) sebuah komponen. Pada frekuensi dibawah
100 MHz, pengukuran tegangan dan arus biasanya cukup untuk menentukan besarnya
sebuah impedansi. Beda fasa antara bentuk gelombang tegangan dan arus
enunjukkan apakah komponen tersebut induktif atau kapasitif. Jika sudut fasa
dapat ditentukan, misalnya dengan menggunakan sebuah CRO yang memperagakan
gambar Lissajous, reaktansi dapat ditentukan. Jika sebuah komponen harus
dinyatakan secara lengkap, sifat-sifatnya harus ditentukan pada beberapa
frekuensi yang berbeda, dan mungkin memerlukan banyak pengukuran. Khususnya
pada frekuensi yang lebih tinggi pengukuran ini menjadi agak rumit dan
menghabiskan waktu, dan mungkin diperlukan banyak tahapan guna mendapatkan
informasi yang diinginkan.
Pengembangan instrument sedemikian
seperti halnya alat ukur impedansi vektor (vector impedance meter) memungkinkan
pengukuran impedansi pada suatu rangkuman frekuensi yang lebar. Kurva-kurva
frekuensi penyapu (sweep-frequency plots) dari impedansi dan sudut fasa
terhadap frekuensi yang memberikan liputan lengkap dalam batas-batas frekuensi
yang diselidiki, juga dapat dilakukan.
Alat ukur impedansi vektor
melakukan pengukuran impedansi dan sudut fasa secara bersamaan pada rangkuman
frekuensi dari 5 Hz sampai 500 KHz. Komponen yang tidak diketahui cukup
dihubungkan diantara terminal-terminal masukan instrument, frekuensi yang
diinginkan dipilih dengan mengatur alat-alat kontrol panel depan, dan kedua
alat pencatat pada panel depan akan menunjukkan besarnya impedansi dan sudut
fasa.
Bekerjanya alat ukur impedansi vektor paling mudah
dipahami dengan memperhatikan diagram balok berikut:
1. Besarnya
impedansi ditentukan dengan mengukur arus melalui komponen yang tidak diketahui
bila tegangan yang diketahui dihubungkan kepadanya atau dengan mengukur
tegangan komponen bila arus yang diketahui dilewatkan melaluinya.
2. Sudut
fasa diperoleh dengan menentukan beda fasa antara tegangan komponen dan arus
melalui komponen tersebut.
Gambar alat ukur
impedansi vektor (seijin Hewlett Packard Co)
Diagram balok menunjukkan bahwa instrument berisi
sebuah sumber sinyal (osilator
jembatan wien) beserta dua control panel
depan untuk memilih rangkuman frekuensi dan secara kontinu mengatur frekuensi
yang dipilih. Keluaran osilator diumpankan ke sebuah penguat AGC yang memungkinkan pengaturan penguatan yang cermat
melalui tegangan umpan baliknya. Pengaturan penguatan ini berupa suatu control
internal yang digerakkan melalui penyetelan sakelar
rangkuman impedansi, terhadap mana keluaran penguat AGC dihubungkan.
Sakelar rangkuman impedansi merupakan sebuah jaringan pelemah presisi yang
mengontrol tegangan keluaran osilator dan pada waktu yang sama menentukan cara
enghubungkan komponen yang tidak diketahui ke rangkaian agar mengikuti sakelar
rangkuman.
Sakelar rangkuman impedansi membolehkan instrument
bekerja dalam dua modus yaitu modus arus konstan dan modus tegangan konstan.
Ketiga rangkuman rendah (x1, x10, dan x100) bekerja dalam modus arus konstan
dan keempat rangkuman tinggi (x1k, x10k, x100k, dan x1 M) bekerja dalam modus
tegangan konstan.
Dalam modus arus konstan,
komponen yang tidak diketahui dihubungkan ke masukkan penguat selisih ac. Arus
yang disalurkan ke komponen yang tidak diketahui bergantung pada penyetelan
sakelar rangkuman impedansi. Arus ini dipertahankan konstan oleh tindakan
tahanan alih penguat RT (RT amplifier) yang mengubah arus
melalui komponen yang tidak diketahui menjadi sebuah keluaran tegangan yang
besarnya sama dengan arus dikalikan dengan tahanan umpan baliknya. Penguat RT
adalah sebuah penguat operasioanl yang tegangan keluarannya sebanding
dengan arus masukkannnya. Keluaran penguat RT diumpankan ke sebuah
rangkaian detektor dan dibandingkan terhadap sebuah tegangan referensi dc.
Tegangan control yang dihasilkan mengatur penguatan penguat AGC dan berarti
mengatur tegangan yang dimasukkan ke sakelar rangkuman impedansi. Keluar
penguat selisih ac dimasukkan ke sebuah penguat dan filter yang berisi filter
pita tinggi (high band filter) dan filter pita rendah (low band filter) yang berubah-ubah
terhadap rangkuman frekuensi guna membatasi lebar bidang frekuensi penguat.
Bila dipilih, keluaran filter pita pelewat (band pass filter) dihubungkan ke
sebuah detektor yang mengemudikan alat ukur kebesaran Z. Karena arus melalui
komponen yang tidak diketahui dipertahankan konstan oleh penguat RT, alat
ukur kebesaran Z yang mengukur tegangan pada komponen yang tidak diketahui akan
berdefleksi sebanding dengan besarnya impedansi yang tidak diketahui dan terkalibrasi
secara tepat.
Gambar diagram balok alat ukur impedansi vektor
(seijin Hewlett-pachard Co)
Dalam modus tegangan konstan,
kedua masukan tersambung ke penguat selisih. Terminal yang dihubungkan ke
masukan penguat tahanan alih seperti terdapat pada modus arus konstan, sekarang
ditanahkan. Masukan lain dari penguat selisih yang dihubungkan ke terminal
tegangan dari komponen yang tidak diketahui sekarang dihubungkan ke sebuah
titik pada sakelar rangkuman kebesaran Z yang dipertahankan pada suatu
potensial konstan. Terminal masukan dari
komponen yang tidak diketahui dihubungkan ke titik yang sama dari potensial
yang konstan atau bergantung pada penyetelan sakelar rangkuman kebesaran Z,
dihubungkan ke suatu pecahan persepuluhan dari tegangan ini, dalam setiap hal,
tegangan pada yang tidak diketahui ini dipertahankan pada suatu level konstan.
Arus melalui yang tidak diketahui ini dimasukkan ke penguat tahanan alih yang
juga menghasilkan suatu tegangan keluaran yang sebanding dengan arus
masukannya.
Peranan penguat selisih ac dan
penguat tahanan alih sekarang dipertukarkan. Keluaran tegangan dari penguat RT
dimasukkan ke detektor dan kemudian ke alat ukur kebesaran Z. Tegangan keluaran
dari penguat selisih mengontrol penguatan penguat AGC dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan oleh penguat RT dalam modus arus konstan.
Pengukuran sudut fasa dilakukan secara bersamaan. Keluaran dari kedua saluran
tegangan dan saluran arus diperkuat dan masing-masing keluaran tersebut
dihubungkan ke sebuah rangkaian pemicu Schmitt (Schmitt trigger circuit).
Rangkaian pemicu Schmitt menghasilkan suatu “spike” yang menuju positif setiap
kali gelombang masukan berbentuk sinus menuju sebuah titik potong nol. “Spikes”
positif ini dihubungkan ke sebuah rangkaian
detektor fasa biner (binary phase detector circuit). Detektor fasa ini
terdiri dari multivibrator dengan dua kondisi stabil (bistabile multivibrator),
penguat selisih, dan kapasitor pengumpul (integrasi). Pulsa saluran arus
konstan yang menuju positif menyetel multivibrator, dan pulsa saluran tegangan
konstan me-nol-kan multivibrator. Dengan demikian, lamanya penyetelan (set
time) dari MV (multivibrator) ditentukan oleh titik-titik perpotongan nol dari
bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus. Keluaran “set” dan “reset” dari MV
dihubungkan ke penguat selisih, yang menghubungkan tegangan yang berbeda ke
sebuah kapasitor integrasi. Tegangan kapasitor berbanding lansung dengan selang
waktu perpotongan nol (zero-crossing time interval) dan dihubungkan ke alat
ukur sudut fasa yang selanjutnya
menunjukkan beda fasa antara bentuk gelombang tegangan dan arus (dalam
derajat).
Kalibrasi alat ukur impedansi
vektor biasanya dilakukan dengan menghubungkan komponen-komponen standar
terminal ke masukan. Komponen ini bisa tahanan standar atau kapasitor standar.
Sebuah pencacah elektronik (electronic counter) diperlukan guna menentukan
dengan tepat perioda dan frekuensi uji yang dihubungkan. Bila nilai komponen
yang diuji dan frekuensi sinyal uji keduanya diketahui secara tepat, impedansi
atau reaktansi dapat ditentukan dan dibandingkan terhadap penunjukan alat ukur
kebesaran Z. dengan menghubungkan sebuah tahanan standar keterminal masukan,
alat ukur sudut fasa akan menunjuk 0o.
2.4 VOLTMETER
VEKTOR
Voltmeter vector digunakan
untuk mengukur amplitude sebuah sinyal pada dua titik didalam sebuah rangkaian
dan secara bersamaan mengukur beda fasa antara bentuk-bentuk gelombang tegangan
pada kedua titik tersebut. Voltmeter vector ini sangat bermanfaat dalam
pemakaian VHF (Very High Frequency) dan dapat digunakan untuk mengukur :
a.
Penguatan
penguat dan pergeseran fasa
b.
Kerugian sisipan
yang kompleks
c.
Fungsi alih
penapis
d.
Pengatur
jaringan dengan dua titik singgah
Pada
dasarnya voltmeter vector mengubah dua sinyal frekuensi radio (RF Radio
frequency) dengan frequency dasar yang sama (dari 1 MHz sampai 1 GHz) menjadi
dua sinyal IF (Intermediate Frequency) dengan Frekuensi dasar sebesar 20 kHz.
Sinyal IF ini memiliki amplitude, bentuk gelombang dan hubungan fasa yang sama
seperti sinyal RF yang asli. Sehingga, komponen dasar pada sinyal IF
berhubungan dengan komponen dasar sinyal RF. Komponen dasar yang disaring oleh
sinyal IF akan diukur dengan voltmeter dan alat ukur fasa. 5 bagian utama :
1.
Dua konvektor RF
ke IF
2.
Satu pengontrol
fasa otomatis
3.
Satu rangkaian
alat ukur fasa
4.
Rangkaian
voltmeter
Konvektor RF ke IF dan pengontrol fasa
ini menghasilkan dua gelombang sinus 20 kHz dengan amplitude yang sama dan
hubungan fasa yang sama dengan komponen dasar dari sinyal RF yang dimasukan
pada saluran A dan B. Alat ukur fasa secara kontinu memonitor kedua gelombang
sinus 20 kHz ini dan menunjukan fasa antara keduanya.
Masing-masing konvektor
RF ke IF terdiri dari sebuah pencuplik (Sampler) dan penguat yang disetarakan
(tuned amplifier). Pencuplik menghasilkan 20 kHz dari bentuk gelombang masukan
RF.
Gambar
diagram balok dari voltmeter vektor (seijin Hewlett Packard Co)
Gambar
diagram yang disederhanakan dari sebuah rangkaian pencuplik
Gambar diatas
menunjukan diagram pencuplikan
(sampling), Sebuah sakelar elektronik dihungkan antara gelombang masukan RF dan
kapasitor penyimpanan. Setiap kali sakelar tertutup, kapasitor sesaat memuat
nilai tegangan masukan dam mempertahankan nilainya sampai penutupan saklar
berikutnya. Dengan pengaturan waktu yang sesuai, cuplikan diambil pada titik
yang berurutan ke gelombang RF.
Unit pengontrol fasa
merupakan rangkaian yang agak rumit yang membangkitkan pulsa pencuplik bagi
kedua RF ke IF dan secara otomatis mengontrol laju kecepatan pulsa agar
menghasilkan sinyal IF sebesar 20 kHz. Laju kecepatan pulsa cuplikan diatur
oleh sebuah osilator yang tegangannya disetarakan yang diatur oleh pengontrol
fasa otomatis.
Penguat yang
disetarakan hanya melewati komponen dasar 20 kHz sinyal IF dari masing masing
saluran. Selanjutnya keluaran masing-masing penguat yang disetalakan berisi
sebuah sinyal yang telah mempertahankan hubungan fasanya mula-mula dibandingkan
terhadap sinyal dalam saluran lainnya dan juga hubungan amplitudonya yang
tepat. Kedua sinyal IF yang ditapis dapat dihubungkan ke rangakaian voltmeter
panel depan yang diberi tanda saluran
A dan saluran B. Rangkaian voltmeter
berisi sebuah pelemah masukan guna melengkapi rangkuman alat ukur yang sesuai.
Pelemah ini juga merupakan alat control pada panel depan yang diberi tanda rangkuman amplitudo (amplitudo range). Penguat
alat ukur terdiri dari sebuah penguat umpan balik stabil dengan penguatan yang
tetap, disusul oleh sebuah penyearah dan sebuah penapis. Sinyal yang
disearahkan dimasukkan ke voltmeter dc.
Untuk menentukan beda
fasa antara kedua sinyal IF, penguat yang disetalakan disusul oleh rangkaian
pengukur fasa. Pertama-tama masing-masing saluran yang diperkuat dan kemudian
dibatasi, memperlihatkan gelombang sinyal persegi pada masukan menuju rangkaian
penggeser fasa IF. Rangkaian di dalam saluran A menggeser fasa sinyal gelombang
persegi sebesar +60 derajat. Rangkaian di dalam saluran B menggeser fasa
sinyalnya sebesar -120 derajat. Kedua pergeseran fasa dilakukan oleh suatu
gabungan jaringan kapasitif bersama penguat pembalik fasa (inverting amplifier)
dan bukan pembalik fasa (non inverting amplifier) yang keluaran penjumlahan
vektornya menyediakan pergeseran fasa yang diinginkan. Keluaran rangkaian
penggeser fasa diperkuat dan dijepit, menghasilkan bentuk gelombang persegi dan
dihubungkan ke penguat pemicu. Rangkaian ini mengubah sinyal masukan gelombang
persegi menjadi “spike-spike” positif dengan kenaikan waktu yang sangat cepat.
Multivibrator dengan dua kondisi stabil dipicu oleh pulsa-pulsa dari kedua
saluran. Saluran A dihubungkan ke masukan “reset”. Jika pergeseran fasa mula-mula
antara sinyal RF pada jarum penduga adalah 0 derajat, pulsa pemicu terhadap
multivibrator berbeda fasa 180 derajat disebabkan oleh tindakan rangkaian
penggeser fasa. Maka, MV menghasilkan sebuah keluaran gelombang persegi yang
simetri terhadap nol. Setiap pergeseran fasa pada jarum penduga RF membantu
keseluruhan system dan mengubah pulsa pemicu dari hubungan 180 derajat nya,
menghasilkan suatu gelombang yang tidak simetri.
Gelombang persegi
(tidak simetri) mengontrol sakelare arus yang berupa sebiah transistor yang
dipindahkan ke konduksi oleh bagian negative dari gelombang persegi. Sakelar
menghubungkan suplai arus konstan ke alat ukur fasa. Pada pergeseran fasa
sebesar 0 derajat pada masukan RF, sakelar dimatikan dan dihidupkan pada jumlah
waktu yang sama dan arus suplai diatur agar menyebabkan pembacaan 0 derajat
pada alat pencatat atau skala tengah. Setiap pergeseran fasa
memperlihatkan suatu bentuk gelombang
yang tidak simetri dan memungkinkan arus yang lebih besar ataupun lebih kecil
ke alat ukur fasa bergantung pada apakah pergeseran fasa yang menyebabkan
setengah siklus negative pada gelombang persegi menjadi lebih besar atau lebih
kecil. Suatu pergeseran fasa sebesar 180 derajat akan menyebabkan gelombang
persegi turun menjadi salahsatu dari tegangan dc positif atau negative dan
kemudian sakelar tidak akan memperbolehkan arus atau arus maksimal ke alat ukur
fasa. Penyimpangan-penyimpangan maksimal dari pembacaan 0 derajat.
Penyimpangan-penyimpangan maksimal dari pembacaan 0 derajat ditandai pada permukaan
alat ukur sebagai +180 derajat dan -180 derajat. Rangkuman fasa dapat dipilih
oleh sebuah sakelar panel depan yang menempatkan sebuah shunt terhadap pengukur
fasa dan mengubah sensitivitasnya.
Instrumen
berisi sebuah sumber daya yang tidak ditunjukkan pada diagram balok. Sumber
daya ini membangkitkan semua tegangan suplai yang dibutuhkan oleh berbagai
bagian instrument.
Prosedur kalibrasi dan
pengujian spesifikasi prestasi berubah dari suatu instrumen ke yang lain.
Keterangan lengkap dari berbagai pengujian diberikan pada buku pedoman
instrumen dan biasanya mencakup prosedur dan instrument yang diperlukan guna
pengujian tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Voltmeter digital memperagakan
pengukuran tegangan dc atau ac dalam bentuk angka diskrit, sebagai pengganti
defleksi jarum penunjuk pada sebuah skala kontinu seperti dalam alat ukur
analog. Digital voltmeter merupakan suatu instrumen yang dapat diandalkan dan
teliti, yang dapat digunakan dalam banyak pemakaian pengukuran di laboratorium.
Digital voltmeter dapat bersaing terhadap instrumen-instrumen analog
konvensional, disebabkan perkembangan dan penyempurnaan modul-modul rang-kaian
terpadu ( integrated circuit, IC ), ukuran, kebutuhan daya dan harga yang
berkurang secara drastis. Kualitas voltmeter digital yang menonjol dapat
digambarkan dengan mengemuka- kan Karakteristik operasi dan karakteristik yang
khas.
Variabel-variabel fisis lainnya dapat diukur dengan menggunakan transducer yang sesuai.
Voltmeter digital dapat dikelompokkan kedalam 4 ( empat ) kategori, yaitu :
Variabel-variabel fisis lainnya dapat diukur dengan menggunakan transducer yang sesuai.
Voltmeter digital dapat dikelompokkan kedalam 4 ( empat ) kategori, yaitu :
1. Voltmeter
digital tipe tanjak ( ramp type DVM ).
2. Voltmeter
digital tipe penggabungan / intergrasi ( integrating DVM
3. Voltmeter
digital setimbang kontinu ( continuous balance DVM )
4. Voltmeter
digital dengan pendekatan berturut-turut ( successive approximating DVM).
3.2 SARAN
Pengukuran
sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Jadi dengan adanya makalah ini
diharapkan kita dapat lebih banyak mengetahui tentang pengukuran terutama di
bidang kelistrikan. Alat ukur listrik yang di bahas didalam makalah yaitu
diantaranya Voltmeter digital, Alat ukur Q (Q-meter), Alat ukur impedansi vektor dan Voltmeter vektor. Saran dan kritik dari pembaca tentu
kami harapkan agar makalah yang kami buat dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Cooper ,William David.1994.Instrumentasi elektronik dan teknik pengukuran.Jakarta : Erlangga
Saapiie,seodjana.1974. Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik. Bandung: PT Pradnya Paramita
Komentar
Posting Komentar