LAPORAN PRASURVEI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI


LAPORAN PRASURVEI
DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI



OLEH
KELOMPOK 1:
1.         MUNIROH                                                    (A1C315002)
2.         IDA CUCI SAFITRI                                     (A1C315004)
3.         RAHMAT PERDANA                                 (A1C315010)
4.         EVRILIA PUSPA DEWI                            (A1C315014)
5.         ELSI UTAMI                                               (A1C315018)
6.         ALFITRAH PRATIWI ALVINA              (A1C315024)
7.         RILA PRATIWI SASKIA WINADA        (A1C315028)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MARET, 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan merupakan suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Pendidikan didapatkan paling awal pada tingkat keluarga. Keluarga harus memenuhi pendidikan yang dibutuhkan. Pendidikan dapat diberikan bersamaan dengan afeksi atau kasih sayang. Jadi peran orang tua selain memberikan pendidikan juga harus memberikan kasih sayang. Seorang anak akan menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas serta berguna bagi nusa dan bangsa melalui pendidikan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan dapat ditemui aktifitas seperti belajar. Djamarah (2002:13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.
Proses belajar menghasilkan output yaitu hasil belajar, dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar juga langsung mempengaruhi hasil belajar. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan hasil yang baik, maka harus benar-benar memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan hal yang mendorong peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran. Motivasi belajar juga bisa disebut sebagai penunjuk arah atau alasan dibalik perilaku peserta didik. Motivasi belajar dapat terlihat dari perilaku peserta didik dalam kesehariannya. Pada umumnya peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan lebih menunjukkan minatnya dalam belajar. Contohnya adalah dengan mengerti dan memahami materi dengan baik, tekun ketika diberikan masalah atau tugas tertentu dan juga lebih senang memecahkan masalah sendiri.
Dari beberapa paparan tersebut maka survisor ingin melakukan perasurvei lebih mendalam dengan mengangkat judul “Pengaruh motivasi belajar siswa kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi terhadap hasil belajar Fisika”.

1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka survisor mengemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :
a.    Nilai mata pelajaran Fisika masih tergolong rendah;
b.    Motivasi belajar Fisika siswa masih tergolong rendah.

1.3  Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas dan untuk memudahkan survisor dalam mengungkapkan materi yang lebih terarah, maka survisor memberikan batasan masalah sebagai berikut :
a.    Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi Tahun Ajaran 2017/2018;
b.    Motivasi belajar Fisika kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi Tahun Ajaran 2017/2018;
c.    Prasurvei ini dilakukan pada siswa kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi Tahun Ajaran 2017/2018.

1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka survisor mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
a.    Bagaimana hasil belajar Fisika siswa kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi ?
b.    Bagaimana motivasi belajar  Fisika siswa kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi ?

1.5  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Untuk mengetahui hasil belajar Fisika siswa kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi.
b.    Untuk mengetahui motivasi belajar  Fisika siswa kelas X MIA 3 di SMA NEGERI 5 Kota Jambi.


BAB II
KAJIAN TEORETIK

2.1  Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata kerja Latin movere (menggerakkan). Ide tentang pergerakan ini tercermin dalam ide-ide common sense mengenai motivasi, seperti sesuatu yang membuat diri memulai untuk mengerjakan tugas, menjaga diri untuk tetap mengerjakannya, dan membantu diri untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, terdapat banyak definisi motivasi dan banyak ketidaksepakatan terkait kepastian sifat dasar motivasi. Perbedaan sifat dasar dan pengoperasian motivasi ini tampak jelas dalam berbagai teori yang telah dikonsep dengan berbagai cara, yang mencakup motivasi dipandang sebagai kekuatan batiniah (inner force), sifat yang bertahan lama, respons perilaku terhadap stimulus, dan berbagai kumpulan keyakinan dan afek.
Banyak pandangan terdahulu yang mengaitkan motivasi dengan kekuatan batiniah: insting, sifat, kemauan, dan kehendak. Teori perilaku (persyaratan) memandang motivasi sebagai suatu peningkatan atau keberlangsungan respon terhadap stimulus karena adanya penguatan (penghargaan). Pandangan kontemporer teori kognitif mendalikan bahwa berbagai pemikiran, keyakinan, dan emosi individu memengaruhi motivasinya.
Motivasi adalah suatu proses diinisiasikannya dan dipertahankannya aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Motivasi merupakan sebuah proses ketimbang sebuah hasil. Motivasi menyangkut berbagai tujuan yang memberikan daya penggerak dan bagi tindakan. Berbagai pandangan kognitif tentang motivasi memiliki perhatian yang sama pada pentingnya tujuan. Motivasi menuntut dilakukannya aktivitas fisik maupun mental. Aktivitas fisik memerlukan usaha, kegigihan, dan tindakan lainnya yang dapat diamati. Aktivitas mental mencakup berbagai tindakan kognitif seperti perencanaan, penghapalan, pengorganisasian, pemonitoran, pengambilan keputusan, penyelesian masalah, dan penilaian kemajuan. Sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh para murid diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan mereka (Dale, dkk, 2012 : 6 - 7).

Sardiman (2011: 73) mengungkapkan bahwa kata motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif merupakan daya penggerak dari luar dan di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif tersebut, Sardiman memberikan pengertian bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Winkel (2009: 169) mengemukakan bahwa motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Alderfer (dalam Setyowati, 2007) mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar yang sebaik mungkin.

Menurut Sardiman (2011: 85-86), terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu:
a.    Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
b.    Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya
c.    Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan mengurangi perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut
Dimyati dan Mudjiono (2013: 97-101), mengemukakan unsur-unsur yang memnpengaruhi motivasi belajar yaitu sebagai berikut :
a.    Cita-cita atau aspirasi siswa
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauana dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga dengan hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian menjadi cita-cita. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri
b.    Kemampuasn siswa
Keinginan seorang anak perlu disertai dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan
c.    Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi  motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian
d.   Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat
e.    Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan sebayanya berpengaruh pada motivasi da perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan
f.     Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi : (1) menyelenggrakan tertib sekolah, (2) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (3) membina belajar tertib pergaulan, (4) membina belajar tertib lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan yang lain.

2.2  Hasil Belajar
Menurut purwanto (1990) dalam Lestari (2015), “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu ia sesudah mengalami tadi”. Sedangkan Slameto dalam Lestari (2015) menyataklan bahwa, “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru atau secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiei dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Adapun definisi lain yang dikemukakan oleh Slameto (1995) dalam Lestari (2015) bahwa, “Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh minat dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar adalah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Upaya yang dilakukan oleh seseorang yang belajar untuk memperoleh berbagai kebiasaan, ilmu dan sikap diatas dilakukan dengan cara-cara tertentu, sehingga hambatan yang ditemukan dalam proses belajar dapat diatasi, sehingga akan menimbulkan suatu perubahan dalam dirinya dalam mereaksi terhadap situasi belajar yanhg dialaminya. Bila situasi belajar itu sesuai dengan harapan yang bersangkutan, maka terjadi sedikit banyak perubahan dalam dirinya baik dalam prilaku, tingkah laku maupun psikomotornya”.

Menurut Tatan dan Teti (2011) dalam Lestari (2015), “belajar selalu melibatklan perubahan dalam diri individu serta kematangan berpikir, berprilaku maupun kedewasaan dalam menentukan keputusan dan pilihan”. Hasil belajar yang diperoleh manusia degan mahlauk lain seperti hewan akan berbeda, pada manusia hasil belajar akan tereus mengalami perubahan dan perkembangan, sedangkan pada mahluk lain tidak mengalami perubahan dan perkembangan secara optimal seperti hal nya pada manusia.

Sudjana (2012) dalam Siswanto (2016) mengungkapkan hasil belajar merupakan sebuah tindakan evaluasi yang dapat mengungkap aspek proses berpikir juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap dan aspek keterampilan yang melekat pada diri setiap individu peserta didik. Ini artinya melalui hasil belajar dapat terungkap secara holistik penggambaran pencapaian siswa setelah melalui pembelajaran.

Menurut Suprijino (2015) dalam Widodo (2013), hasil belajar adalah pola-pola perebuatan, nilai-nilai, pengeretian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya (2012) dalam Widodo (2013) mengemukakan bahewa hasil belajar yang menjadi obyek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan  baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tetentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besare yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

Nasution (1994) dalam Lestari (2015) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan dan penghargaan dalam diri pribadi yang belajar.

Menurut Lestari (2015) hasil beajar merupakan akibat dari proses belajar seseorang. Hasil belajar terkait dengan perubahan pada diri orang yang belajar. Bentuk perubahan sebagai hasil dari belajar berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan dan kecakapan. Perubahan dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuahan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Perubahan sebagai hasil belajar bersifat relatif menetap dan memiliki potensi untuk dapat berkembang.

Menurut Miller et al, (2009) dalam Endrayanto (2014) hal yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa memperoleh atau menerimapengalaman belajarnya. Pengklasifikasian hasil belajar menjadi kerangka kerja untuk menetapkan hasil belajar siswa dan perubahan kinerja belajar siswa pada berbagai aspek pembelajaran. Tipe hasil belajar menyangkut objek pembelajran. Misalnya, guru memetakan tipe hasil belajar bereupa pengetahuan makaobjekpembelajarannya dapat berupa terminologi, fakta khusus, konsep dan prinsip, serta metode dan prosedur.
Hasil belajar diketahui dari suatu proses penilaian-penilaian yang menggunakan berbagai macam instrumen baik berupa instrumen tertulis maupun non tertulis. Selain bentuk instrumen penilaian tersebut, juga terdapat ranah-ranah penilaian yang ingin diambil dari siswa. Ranah-ranah penilaian itu berupa ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ketiga ranah penilaian hasi tersebut juga memiliki beberapa bagian lagi didalam-nya yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1.                   Ranah Kognitif
a.       Pengetahuan
Menurut Sudjana (2014) istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowelege  dalam taksonomi Bloom. Sekalipun derrmikian , maknanya tidak sepenuhnya tetap sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk, diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari seegi proses belajar, istilah-istilah tersebut emang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar dari pengetahuan atrau pemahaman konsep-konsep lainnya.
b.      Pemahaman
Menurut Sudjana (2014) pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori.
Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris ke bahasa indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengann yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang tidak pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possesif pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “My Friend is studying,”bukan “My Friend Studying,” merupakan contoh pemahaman penafsiran.
Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. 
c.       Aplikasi
Menurut Sudjana (2014) Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk tekhnis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi lama akan berlaih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satub unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.
d.      Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami caara bekerjanya, untuk hal lain lagi untuk memahami estetikanya (Sudjana , 2014).   
e.       Sistematis
Berpikir sistematis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya  belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya kedalam suatu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah (Sudjana 2014).
f.       Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Dilihat daari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanaya suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase “menurut pendapat saudara” atau “ menurut teori tertentu” (Sudjana 2014).
g.      Ranah Afektif
Menurut Sudjana (2014) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ada beberapankategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
a.         Recifing/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan.
b.        Responding, reaksi yang  diberikan seseorang tentang rangsangan yang didapat.
c.         Valuing, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
d.        Organisasi, pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem organisasi.
e.         Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang.
h.      Ranah Psikomotoris
Menurut Sudjana (2014) hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
a.         Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b.        Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c.         Kemampuan konseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakaan auditif, motoris, dll
d.        Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
e.         Gerakan-gerakan skill , mulai dari keterampilan sederhana samapai pada keterampilan yang kompleks. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresi dan interpretatif.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi prasurvei merupakan suatu tempat dimana prasurvei tersebut akan dilakukan. Adapaun prasurvei yang dilakukan oleh survisor mengambil lokasi di SMA Negeri 5 Kota Jambi. Waktu yang digunakan dalam prasurvei ini selama 3 minggu dimulai dari tanggal 8 – 24 Februari 2018.

3.2  Populasi dan Sampel
Dalam melakukan survei dibedakan antara populasi umum dan populasi target. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran berlakunya kesimpulan survei. Dengan populasi survei adalah keseluruhan subjek yaitu siswa kelas X MIA di SMA Negeri 5 Kota Jambi. Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel yang akan menjadi subjek atau objek survei. Sampel dalam survei ini adalah siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 5 Kota Jambi dengan jumlah 35 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 20 perempuan.

3.3  Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam prasurvei ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMA Negeri 5 Kota Jambi. Menurut Likert sampel diambil paling sedikit 30, 50, 75, dan 100 atau kelipatannya (Ridwan, 2008: 45). Maka dalam prasurvei ini sampel yang diambil sebanyak 35 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam prasurvei (n= 30). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan secara sengaja yang berarti survisor menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu, jadi sampel tidak diambil secara acak tapi ditentukan sendiri oleh survisor.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada survei di kelas X MIA 3 SMA Negeri 5 Kota Jambi adalah :
a.       Kuantitaif
Pada survei menggunakan angket motivasi belajar siswa. Angket yang digunakan adalah angket skala Likert.
b.      Kualitatif
·      Wawancara
Pedoman Wawancara disusun sebagai alat untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi. Wawancara dalam survei ini ditujukan kepada guru. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka.
·      Dokumentasi
Dokumentasi dalam survei ini adalah berupa data nilai siswa dalam pelajaran fisika dan foto. Foto diambil pada saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi digunakan untuk menyimpan file dalam bentuk data siswa.

3.5  Validasi Instrumen
Validasi instrumen didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan instrumen penelitian merupakan alat ukur, jadi instrumen yang valid berarti alat ukur penelitian yang sudah pasti tingkat ketepatan dalam melakukan fungsinya. Dalam prasurvei ini, survisor menggunakan instrumen berupa angket yang telah divalidasi. Instrumen ini diadopsi dari skripsi yang berjudul “ KORELASI ANTARA DISIPLIN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 2 KLATEN OLEH JOSEPHINE KURNIA DEWI “.

BAB IV
HASIL PRASURVEI DAN PEMBAHASAN


DAFTAR PUSTAKA 

A.M. Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Alderfer,C 2004. Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta : Delia Press
Dale H. Schunk, P. R. 2012. Motivation in Education: Theory, Research, and Applications, Third Edition. Jakarta Barat: PT INDEKS.
Endaryanto, Herman Yosep Sunus & Yustiana Wahyu Harumurti. 2014. Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Sleman : PT Kanisius.
Lestari, Indah. 2015. Pengaruh Waktu Belajar Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Formatif 3(2):115-125. ISSN. 2088-351X (diakses 07, maret 2018)
Siswanto, Tri Budi & Valian Lukad Perdana Sutrisno. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomatif SMK Di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi. Volume 6, no 1, Februari 2016 (111-120). (diakses 07, maret 2018)
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Widodo & Lusi Widayanti. 2013. Peningkatan Aktifitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Problem Based Lerning Pada Siswa Kelas V11A MTs N Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia No:49, Vol XVII, Edisi April 2013. ISSN:1410-2994. (diakses 07, maret 2018)
Winkel,W.S. 1983. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

 Dapatkan dokumen lengkap di:

Komentar